Selasa, 12 Oktober 2021

Mengevaluasi Nilai-Nilai Sumpah Pemuda dan Maknanya bagi Kehidupan Kebangsaan Indonesia Masa Kini | Sejarah Indonesia kelas 11

 


Kongres Pemuda (ejaan van Ophuysen: Congres Pemoeda) adalah kongres nasional yang pernah diadakan 2 kali di Jakarta (Batavia). Kongres ini menjadi bukti bahwa perjuangan pemuda dalam mengupayakan kemerdekaan telah berlangsung sebelum Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.
Momen-momen awal yang menandai bergeraknya kaum pemuda adalah dengan munculnya berbagai organisasi yang dibentuk oleh kalangan muda.  Salah satunya adalah Perhimpunan Indonesia yang dibentuk pada tahun 1908.

Kongres Pemuda I (30 April - 2 Mei 1926)

Kongres Pemuda yang pertama ini dilaksanakan di Batavia (Jakarta). Kongres Pemuda I dilaksanakan dari tanggal 30 April - 2 Mei 1926. Kongres Pemuda I diketuai oleh Muhammad Tabrani.

Meski kongres ini dikatakan belum sempurna sehingga terbentuknya Kongres Pemuda II, tapi tetap menghasilkan kesepakatan. Awalnya, hasil utama dari kongres pemuda 1 adalah mengakui dan menerima cita-cita persatuan Indonesia. Hal ini dikarenakan meski terdapat perbedaan sosial dan suku, rasa persatuan tetap nasional.

Kemudian, tercipta beberapa rumusan dari kongres pemuda 1. Pertama adalah mengusulkan agar semua pemuda bersatu dalam pemuda Indonesia. Kedua, menerima cita-cita Indonesia, yakni mewujudkan persatuan Indonesia. Ketiga, menghilangkan pandangan atau sifat adat dan kedaerahan. Rumusan yang keempat dalam Kongres Pemuda 1 adalah mempersiapkan penyelenggaraan untuk kongres pemuda II. Tujuannya adalah untuk membahas sesuatu yang terasa belum jelas, seperti cita-cita Indonesia.

Kongres Pemuda II (1928)

Kongres kedua ini diselenggarakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dan keputusannya dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Ketua Kongres Pemuda II dipimpin oleh Sugondo Joyopuspito (PPPI) dan wakilnya Joko Marsaid (Jong Java). Dan, penyelenggaraan kongres pemuda hari pertama di gedung Katholikee Jongelingen Bond (Gedung Pemuda Katolik). Hari kedua di gedung Oost Java (sekarang di Medan Merdeka Utara Nomor 14).
Ada pun tujuan kongres pemuda II (yang kemudian dikenal dengan tujuan sumpah pemuda) sebagai berikut:
1. Melahirkan cita cita semua perkumpulan pemuda pemuda Indonesia 2. Membicarakan beberapa masalah pergerakan pemuda Indonesia 3. Memperkuat kesadaran kebangsaan Indonesia dan memperteguh persatuan Indonesia

Susunan Panitia Kongres Pemuda II adalah:
Ketua: Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua: Joko Marsaid (alias Tirtodiningrat)
Sekretaris: Muhammad Yamin
Bendahara: Amir syarifuddin
Kongres dilaksanakan di tiga gedung yang berbeda dan dibagi dalam tiga kali rapat.

Rapat pertama, Sabtu, 27 Oktober 1928, diadakan di Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (KJB), Waterlooplein (sekarang Lapangan Banteng). Dalam sambutannya, ketua PPPI Sugondo Djojopuspito berharap kongres ini dapat memperkuat semangat persatuan dalam sanubari para pemuda. Acara dilanjutkan dengan uraian Muhammad Yamin tentang arti dan hubungan persatuan dengan pemuda. Menurutnya, ada lima faktor yang bisa memperkuat persatuan Indonesia, yaitu sejarah, bahasa, hukum adat, pendidikan, dan kemauan.
Rapat kedua, Minggu, 28 Oktober 1928, kongres diadakan di Gedung Oost-Java Bioscoop, membahas masalah pendidikan. Kedua pembicara, Poernomowoelan dan Sarmidi Mangoensarkoro, berpendapat bahwa anak harus mendapat pendidikan kebangsaan, harus pula mendapat keseimbangan antara pendidikan di sekolah dan di rumah. Anak juga harus dididik secara demokratis.

Para peserta Kongres Pemuda II ini berasal dari berbagai wakil organisasi pemuda yang ada pada waktu itu, seperti Jong Java, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Batak, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Sekar Rukun, PPPI, Pemuda Kaum Betawi, dll. Diantara mereka hadir pula beberapa orang pemuda Tionghoa sebagai pengamat, yaitu Oey Kay Siang, John Lauw Tjoan Hok dan Tjio Djien Kwie namun sampai saat ini tidak diketahui latar belakang organisasi yang mengutus mereka. Sementara Kwee Thiam Hiong hadir sebagai seorang wakil dari Jong Sumatranen Bond.

Pada rapat penutupan di gedung Indonesische Clubgebouw di Jalan Kramat Raya 106, Sunario menjelaskan pentingnya nasionalisme dan demokrasi selain gerakan kepanduan. Ramelan mengemukakan, gerakan kepanduan tidak bisa dipisahkan dari pergerakan nasional. Gerakan kepanduan sejak dini mendidik anak-anak disiplin dan mandiri: hal-hal yang dibutuhkan dalam perjuangan.

Sebelum kongres ditutup diperdengarkan lagu Indonesia Raya karya Wage Rudolf Supratman yang dimainkan dengan biola saja tanpa syair, atas saran Sugondo kepada Supratman. Lagu tersebut disambut dengan sangat meriah oleh peserta kongres. Kongres akhirnya ditutup dengan mengumumkan rumusan hasil kongres. Oleh para pemuda yang hadir, rumusan itu diucapkan sebagai Sumpah Setia.

Naskah Sumpah Pemuda

Pada saat dibacakan, keputusan kongres tersebut disebut sebagai ikrar pemuda. Akan tetapi dikemudian hari lebih dikenal sebagai sumpah pemuda. Menurut Anhar Gonggong, perubahan tersebut dibuat oleh Soekarno untuk menumbuhkan semangat pergerakan nasional dan persatuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Featured Post

Hubungan Manusia dan Sejarah dalam Ruang dan Waktu | KD. 3.1 Sejarah Peminatan kelas X

       Manusia dan sejarah tidak dapat dipisahkan. Pentingkah peran manusia dalam sejarah ? bagaimana manusia menjadi penggerak sejarah ? ap...

Postingan Populer